Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Novel “Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990” Karya Pidi Baiq

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu karya imajinatif dari seorang yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Karya sastra juga banyak memberikan gambaran kehidupan sebagaimana yang diinginkan oleh pengarangnya sekaligus menunjukkan sosok manusia sebagai insan seni yang berunsur estetis dominan.

Sastra merupakan hasil cipta pengarangnya dengan menggunakan manusia dan sekitarnya sebagai sarana untuk menuangkan ide-idenya. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, memiliki budaya dan nilai sosial, dan memiliki nilai moral.

Pengertian moral menurut Suseno dalam Pramudya (1998:1) adalah ukuran baik buruknya seseotang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Perilaku moral (moral behavior) mencangkup kemampuan (compalance), kemauan (will), dan kebiasaan (habbit). Sikap moral (moral feeling) mencangkup kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (empaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control) dan kerendahan hati (and humanity).

Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa karya sastra berisi tentang persoalan-persoalan manusia. Dalam mengungkapkan persoalan manusia itu, pengarang Novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” secara tidak langsung telah menuangkan persoalan sosial ke dalam karyanya. Hal ini dimungkinkan karena pengarang biasanya cenderung dipengaruhi oleh apa yang dirasakan dan  dilihat dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan pengalamannya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah nilai moral yang tergambar dalam novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” karya Pidi Baiq?
  2. Bagaimana kehidupan tokoh Dilan yang digambarkan dalam novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” karya Pidi Baiq yang berkaitan dengan nilai moral sehari-hari?

3. Tujuan

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Mendeskripsikan nilai moral yang terkandung dalam novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” karya Pidi Baiq.
  2. Mendeskripsikan kehidupan sosial tokoh Dilan dalam novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” karya Pidi Baiq.

4. Manfaat

Ada dua manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis
  2. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk yang melakukan penelitian berikutnya.
  3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penelitian sastra yang mengangkat nilai moral dalam masyarakat.
  4. Manfaat Praktis
  5. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau rujukan dan pengembangan pada pemecahan masalah sosial masyarakat.
  6. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada usaha pemecahan masalah, antara lain tentang pemahaman nilai moral dalam masyarakat.

 

 

BAB II

 

  1. Landasan Teori

Menurut Semi dalam Dudung (2015:1) sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya, sedangkan menurut Panuti Sudjiman dalam Dudung (2015:1) mengemukakan sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.

Berbeda dengan Plato dalam Dudung (2015:1) yang berpendapat bahwa sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Karya sastra terbagi menjadi puisi, cerpen, pantun, dan novel. Akan tetapi dalam hal ini saya hanya akan membahas tentang novel.

Drs. Jakob Sumardjo dalam Bobsusanto (2015:1) memaparkan novel ialah suatu bentuk sastra yang sangat populer di dunia. Bentuk sasatra yang satu ini paling banyak beredar dan dicetak, karena daya komunitasnya yang sangat luas dalam masyarakat. Hal ini juga dipaparkan oleh Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd., Dra. Abdul Roni, M.Pd., sastra menurut mereka adalah suatu bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, pendidikan, dan moral.

Chaplin dalam Aris Kurniawan (2006:1) menjelaskan moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan aturan yang mengatur hukum sasial, atau adat, atau perilaku. Menurut Hurlock dalam Aris Kurniawan (1990:1) moral adalah sopan santun, kebiasan, adat istiadat, dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Wantah dalam Aris Kurniawan (2005:1) juga memaparkan bahwa moral adalah suatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk.

Jadi kesimpulan dari pemaparan di atas adalah karya sastra terutama novel adalah suatu karya yang bebas, dimana penulis bebas menuangkan perasaannya atau imajinasinya, dan di dalam karyanya penulis juga dapat memberikan suatu nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Dimana nantinya nilai-nilai tersebut dapat kita lihat dan kita tingkatkan lagi di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

2. Pembahasan

Nilai moral yang tergambar dalam novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990) karya Pidi Baiq.

  1. Norma Agama : sekumpulan kaidah dan petunjuk hidup yang berasal langsung dari Tuhan melalui ajaran agama.
  2. Norma Adat istiadat : aturan dan perbuatan yang lazim atau dilakukan sejak dahulu kala yang mengatur kehidupan manusia.
  3. Norma Susila : peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan perilaku atau akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan sesuatu yang dianggap baik atau sesuatu yang dianggap buruk.

Kehidupan tokoh Dilan yang digambarkan dalam novel “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” karya Pidi Baiq yang berkaitan dengan nilai moral sehari-hari.

  1. Norma Agama

Dalam novel, meskipun Dilan adalah seorang ketua geng motor, akan tetapi Dilan masih tetap taat dan rajin beribadah. Dan nilai-nilainya dalam hal akademik juga termasuk baik karena Dilan adalah anak yang pandai.

2. Norma Adat istiadat

Kebiasaan Dilan yang menyukai seni, membuatnya pandai menulis puisi sejak duduk di bangku SMP. Dilan juga memfavoritkan tokoh Mahatma Gandhi yang berasal dari India. Selain itu, Dilan juga pandai dalam hal bela diri.

3. Norma Susila

Dilan yang seorang gengstertidak lantas selalu terlibat dengan permasalahan seperti tawuran, konvoi dan biang onar. Pernah saat dia sedamg bersama Milea (yang dalam novel diceritakan sebagai pacarnya), Dilan bahkan memutuskan beristirahat di gedung sate Bandung (yang memang lokasi dalam novel tersebut berada di Bandung), untuk menghindari konvoi dan keributan dari geng motor lain.

4. Norma Kesopanan

Saat Milea kakinya terkilir, dengan baik hatinya Dilan memanggilkan Mbok Darmi (tukang urut langganan ibu Dilan) dan dengan sopannya Dilan menjemput dan mengantar Mbok Darmi pergi-pulang.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Moral menurut Suseno dalam Pramudya (1998:1) adalah ukuran baik buruknya seseotang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Perilaku moral (moral behavior) mencangkup kemampuan (compalance), kemauan (will), dan kebiasaan (habbit). Sikap moral (moral feeling) mencangkup kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (empaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control) dan kerendahan hati (and humanity).

Menurut Semi dalam Dudung (2015:1) sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya, sedangkan menurut Panuti Sudjiman dalam Dudung (2015:1) mengemukakan sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.

Berbeda dengan Plato dalam Dudung (2015:1) yang berpendapat bahwa sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Karya sastra terbagi menjadi puisi, cerpen, pantun, dan novel. Akan tetapi dalam hal ini saya hanya akan membahas tentang novel.

Drs. Jakob Sumardjo dalam Bobsusanto (2015:1) memaparkan novel ialah suatu bentuk sastra yang sangat populer di dunia. Bentuk sasatra yang satu ini paling banyak beredar dan dicetak, karena daya komunitasnya yang sangat luas dalam masyarakat. Hal ini juga dipaparkan oleh Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd., Dra. Abdul Roni, M.Pd., sastra menurut mereka adalah suatu bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, pendidikan, dan moral.

Chaplin dalam Aris Kurniawan (2006:1) menjelaskan moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan aturan yang mengatur hukum sasial, atau adat, atau perilaku. Menurut Hurlock dalam Aris Kurniawan (1990:1) moral adalah sopan santun, kebiasan, adat istiadat, dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Wantah dalam Aris Kurniawan (2005:1) juga memaparkan bahwa moral adalah suatu yang harus dilakukan atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk menentukan siapa yang benar dan perilaku yang baik dan buruk.

 

 

Daftar Pustaka

 

  1. Yoga Arifiyanto, Pramudya. 2012. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma. http://coretanseadanya.blogspot.com diakses pada 28 Mei 2016
  2. 2015. Pengertian Sastra Menurut 15 Para Ahli dan KBBI. http://www.dosenpendidikan.com diakses pada 28 Mei 2016
  3. 2015. Pengertian Novel Menurut Para Ahli. http://www.seputarpengetahuan.com diakses pada 28 Mei 2016
  4. Kurniawan, Aris. 2015. 11 Pengertian Moral Menurut Para Ahli Lengkap. http://www.gurupendidikan.com diakses pada 28 Mei 2016

 

 

Lampiran

 

Sinopsis:

“Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalo sore. Tunggu aja.” (Dilan 1990)

“Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang itu akan hilang.” (Dilan 1990)

“Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan dan dukungan. Kalo kamu tidak setuju, aku tidak peduli.” (Milea 1990)

Leave a comment